tokospot

Product Populer

Toko Online 24 Jam

tokospot tokospot tokospot

Makassar merupakan salah satu kota metropolitan tepatnya di provinsi Sulawesi Selatan. Nama Makassar yang disandang kota ini bukan sekedar nama belaka, sejarah panjang masa lalu membuat nama Makassar menjadi sakral untuk dipakai kota yang  dijuluki kota Anging Mammiri.

Sejarah
Selama tiga hari Baginda Raja Tallo ke-VI Mangkubumi dari Kerajaan Gowa, I Mallingkaang Daeng Mannyonri Kara Eng Katangka yang merangkap menjadi Tuma’bicara Butta ri Gowa, ia bermimpi melihat cahaya yang bersinar muncul dari Tallo. Cahaya itu kemilau nan indah yang memancar keseluruh Butta Gowa menuju ke negeri sahabat yang lain.

Bersamaan pada malam ketiga, yaitu pada malam Jum’at 9 Jumadil Awal 1014 H. Di pinggir pantai Tallo merapatlah sebuah perahu yang kecil. Layarnya dari sorban, berkibar dengan kencang. Dan nampak seorang lelaki meminggirkan perahunya kemudian melakukan gerakan-gerakan aneh. Lelaki tersebut ternyata sedang melakukan sholat.

Sehingga cahaya yang terpancar dari badan Ielaki tersebut membuat pemandangan yang menggemparkan para penduduk Tallo, yang saat itu sontak ramai membicarakannya dan sampailah pada telinga Baginda KaraEng Katangka. Pada saat pagi buta tersebut, Baginda kemudian bergegas menuju pantai. Tetapi tiba-tiba lelaki itu telah muncul ‘menghadang’ tepat di gerbang istana. Memakai jubah putih dan sorban yang berwarna hijau. Wajahnya terlihat teduh. Dan badannya memancarkan cahaya.

Lelaki tersebut lalu menjabat tangan Baginda Raja yang kaku karena takjub. Digenggaman tangannya lalu menulis kalimat pada telapak tangan Baginda “Perlihatkanlah tulisan ini kepada lelaki yang sebentar lagi akan datang merapat di pantai,” kemudian lelaki itu menghilang. Baginda lalu terperanjat. Kemudian meraba-raba matanya guna memastikan bahwa ia tak sedang bermimpi. Dilihatlah di telapak tangannya tulisan itu ternyata memang ada. Baginda KaraEng Katangka selanjutnya bergegas pergi menuju  pantai. Benar saja, nampak seorang lelaki sedang menambat perahu, yang terus menyambut kedatangannya.

Singkat cerita, Baginda pun akhirnya menceritakan pengalamannya lalu menunjukkan tulisan yang ada di telapak tangannya kepada lelaki tersebut. “Berbahagialah Baginda karena tulisan ini merupakan bacaan dua kalimat syahadat,” kata lelaki tersebut. Dan ternyata lelaki yang menuliskannya ialah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam.

Peristiwa itu dipercaya awal dari jejak sejarah terkait asal-usul nama “Makassar”, yang diambil dari nama “Akkasaraki Nabbiya”, yang memiliki arti Nabi menampakkan diri. Adapun laki-laki yang datang ke pantai Tallo itu ialah bernama Abdul Ma’mur Khatib Tunggal dikenal sebagai Dato’ ri Bandang, seorang yang berasal dari Kota Tengah.

Secara lebih jauh, penelusuran asal mula nama “Makassar” bisa ditinjau oleh beberapa segi, yakni:

Makna
Agar dapat menjadi manusia yang sempurna butuh “Ampakasaraki”, yakni menjelmakan yang terkandung didalam bathin yang diwujudkan melalui perbuatan. Dan jika “Mangkasarak” merupakan permewujudan diri untuk dapat menjadi seorang manusia yang sempurna melalui ajaran TAO yakni ilmu keyakinan bathin.
 
Sejarah
Sumber-sumber oleh Portugis di awal abad ke-16 sudah mencatat nama “Makassar” sudah menjadi ibu kota dari Kerajaan Gowa. Sebagai ibu kota Makassar telah dikenal bangsa asing. Bahkan pada sebuah syair ke-14 Nagarakertagama karangan dari Prapanca nama Makassar sudah tercantum.

Bahasa
Secara Etimologi, Makassar berasal dari kata “Mangkasarak” terdiri dari dua morfem bebas “kasarak” dan morfem ikat “mang”. Morfem ikat  “mang” mempunyai arti yakni: (a). Mempunyai sifat  yang terkandung pada kata dasarnya. (b). Menjelmakan diri yang dinyatakan pada kata dasarnya. Morfem bebas “kasarak” mempunyai arti yakni: (a). Nyata, jelas, tegas, terang. (b). Tampak pada penjelasan. (c). Besar (halus atau lawan kecil).

Jadi, kata “Mangkasarak” Mempunyai arti serta memiliki sifat yang besar dan juga berterus terang. Sebagai nama, orang yang mempunyai karakter “Mangkasarak” artinya orang itu mulia, terus terang. Sinkron antara bibir dan hati.

Yang terkandung dalam ungkapan “Akkana Mangkasarak”, ialah berkata terus terang, walaupun pahit, sanget penuh keberanian dan tanggung jawab. Dengan kata “Mangkasarak” bisa dikenal jika dia diperlakukan dengan baik, dia akan lebih baik. Apabila diperlakukan halus, ia akan lebih halus, dan apabila ia dihormati, maka ia juga akan lebih dari hormat.

Makassar merupakan salah satu kota metropolitan tepatnya di provinsi Sulawesi Selatan. Nama Makassar yang disandang kota ini bukan sekedar nama belaka, sejarah panjang masa lalu membuat nama Makassar menjadi sakral untuk dipakai kota yang  dijuluki kota Anging Mammiri.

Sejarah
Selama tiga hari Baginda Raja Tallo ke-VI Mangkubumi dari Kerajaan Gowa, I Mallingkaang Daeng Mannyonri Kara Eng Katangka yang merangkap menjadi Tuma’bicara Butta ri Gowa, ia bermimpi melihat cahaya yang bersinar muncul dari Tallo. Cahaya itu kemilau nan indah yang memancar keseluruh Butta Gowa menuju ke negeri sahabat yang lain.

Bersamaan pada malam ketiga, yaitu pada malam Jum’at 9 Jumadil Awal 1014 H. Di pinggir pantai Tallo merapatlah sebuah perahu yang kecil. Layarnya dari sorban, berkibar dengan kencang. Dan nampak seorang lelaki meminggirkan perahunya kemudian melakukan gerakan-gerakan aneh. Lelaki tersebut ternyata sedang melakukan sholat.

Sehingga cahaya yang terpancar dari badan Ielaki tersebut membuat pemandangan yang menggemparkan para penduduk Tallo, yang saat itu sontak ramai membicarakannya dan sampailah pada telinga Baginda KaraEng Katangka. Pada saat pagi buta tersebut, Baginda kemudian bergegas menuju pantai. Tetapi tiba-tiba lelaki itu telah muncul ‘menghadang’ tepat di gerbang istana. Memakai jubah putih dan sorban yang berwarna hijau. Wajahnya terlihat teduh. Dan badannya memancarkan cahaya.

Lelaki tersebut lalu menjabat tangan Baginda Raja yang kaku karena takjub. Digenggaman tangannya lalu menulis kalimat pada telapak tangan Baginda “Perlihatkanlah tulisan ini kepada lelaki yang sebentar lagi akan datang merapat di pantai,” kemudian lelaki itu menghilang. Baginda lalu terperanjat. Kemudian meraba-raba matanya guna memastikan bahwa ia tak sedang bermimpi. Dilihatlah di telapak tangannya tulisan itu ternyata memang ada. Baginda KaraEng Katangka selanjutnya bergegas pergi menuju  pantai. Benar saja, nampak seorang lelaki sedang menambat perahu, yang terus menyambut kedatangannya.

Singkat cerita, Baginda pun akhirnya menceritakan pengalamannya lalu menunjukkan tulisan yang ada di telapak tangannya kepada lelaki tersebut. “Berbahagialah Baginda karena tulisan ini merupakan bacaan dua kalimat syahadat,” kata lelaki tersebut. Dan ternyata lelaki yang menuliskannya ialah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam.

Peristiwa itu dipercaya awal dari jejak sejarah terkait asal-usul nama “Makassar”, yang diambil dari nama “Akkasaraki Nabbiya”, yang memiliki arti Nabi menampakkan diri. Adapun laki-laki yang datang ke pantai Tallo itu ialah bernama Abdul Ma’mur Khatib Tunggal dikenal sebagai Dato’ ri Bandang, seorang yang berasal dari Kota Tengah.

Secara lebih jauh, penelusuran asal mula nama “Makassar” bisa ditinjau oleh beberapa segi, yakni:

Makna
Agar dapat menjadi manusia yang sempurna butuh “Ampakasaraki”, yakni menjelmakan yang terkandung didalam bathin yang diwujudkan melalui perbuatan. Dan jika “Mangkasarak” merupakan permewujudan diri untuk dapat menjadi seorang manusia yang sempurna melalui ajaran TAO yakni ilmu keyakinan bathin.
 
Sejarah
Sumber-sumber oleh Portugis di awal abad ke-16 sudah mencatat nama “Makassar” sudah menjadi ibu kota dari Kerajaan Gowa. Sebagai ibu kota Makassar telah dikenal bangsa asing. Bahkan pada sebuah syair ke-14 Nagarakertagama karangan dari Prapanca nama Makassar sudah tercantum.

Bahasa
Secara Etimologi, Makassar berasal dari kata “Mangkasarak” terdiri dari dua morfem bebas “kasarak” dan morfem ikat “mang”. Morfem ikat  “mang” mempunyai arti yakni: (a). Mempunyai sifat  yang terkandung pada kata dasarnya. (b). Menjelmakan diri yang dinyatakan pada kata dasarnya. Morfem bebas “kasarak” mempunyai arti yakni: (a). Nyata, jelas, tegas, terang. (b). Tampak pada penjelasan. (c). Besar (halus atau lawan kecil).

Jadi, kata “Mangkasarak” Mempunyai arti serta memiliki sifat yang besar dan juga berterus terang. Sebagai nama, orang yang mempunyai karakter “Mangkasarak” artinya orang itu mulia, terus terang. Sinkron antara bibir dan hati.

Yang terkandung dalam ungkapan “Akkana Mangkasarak”, ialah berkata terus terang, walaupun pahit, sanget penuh keberanian dan tanggung jawab. Dengan kata “Mangkasarak” bisa dikenal jika dia diperlakukan dengan baik, dia akan lebih baik. Apabila diperlakukan halus, ia akan lebih halus, dan apabila ia dihormati, maka ia juga akan lebih dari hormat.

silsilah Kota Makassar

View Detail Produk

Makassar merupakan salah satu kota metropolitan tepatnya di provinsi Sulawesi Selatan. Nama Makassar yang disandang kota ini bukan sekedar nama belaka, sejarah panjang masa lalu membuat nama Makassar menjadi sakral untuk dipakai kota yang  dijuluki kota Anging Mammiri.

Sejarah
Selama tiga hari Baginda Raja Tallo ke-VI Mangkubumi dari Kerajaan Gowa, I Mallingkaang Daeng Mannyonri Kara Eng Katangka yang merangkap menjadi Tuma’bicara Butta ri Gowa, ia bermimpi melihat cahaya yang bersinar muncul dari Tallo. Cahaya itu kemilau nan indah yang memancar keseluruh Butta Gowa menuju ke negeri sahabat yang lain.

Bersamaan pada malam ketiga, yaitu pada malam Jum’at 9 Jumadil Awal 1014 H. Di pinggir pantai Tallo merapatlah sebuah perahu yang kecil. Layarnya dari sorban, berkibar dengan kencang. Dan nampak seorang lelaki meminggirkan perahunya kemudian melakukan gerakan-gerakan aneh. Lelaki tersebut ternyata sedang melakukan sholat.

Sehingga cahaya yang terpancar dari badan Ielaki tersebut membuat pemandangan yang menggemparkan para penduduk Tallo, yang saat itu sontak ramai membicarakannya dan sampailah pada telinga Baginda KaraEng Katangka. Pada saat pagi buta tersebut, Baginda kemudian bergegas menuju pantai. Tetapi tiba-tiba lelaki itu telah muncul ‘menghadang’ tepat di gerbang istana. Memakai jubah putih dan sorban yang berwarna hijau. Wajahnya terlihat teduh. Dan badannya memancarkan cahaya.

Lelaki tersebut lalu menjabat tangan Baginda Raja yang kaku karena takjub. Digenggaman tangannya lalu menulis kalimat pada telapak tangan Baginda “Perlihatkanlah tulisan ini kepada lelaki yang sebentar lagi akan datang merapat di pantai,” kemudian lelaki itu menghilang. Baginda lalu terperanjat. Kemudian meraba-raba matanya guna memastikan bahwa ia tak sedang bermimpi. Dilihatlah di telapak tangannya tulisan itu ternyata memang ada. Baginda KaraEng Katangka selanjutnya bergegas pergi menuju  pantai. Benar saja, nampak seorang lelaki sedang menambat perahu, yang terus menyambut kedatangannya.

Singkat cerita, Baginda pun akhirnya menceritakan pengalamannya lalu menunjukkan tulisan yang ada di telapak tangannya kepada lelaki tersebut. “Berbahagialah Baginda karena tulisan ini merupakan bacaan dua kalimat syahadat,” kata lelaki tersebut. Dan ternyata lelaki yang menuliskannya ialah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam.

Peristiwa itu dipercaya awal dari jejak sejarah terkait asal-usul nama “Makassar”, yang diambil dari nama “Akkasaraki Nabbiya”, yang memiliki arti Nabi menampakkan diri. Adapun laki-laki yang datang ke pantai Tallo itu ialah bernama Abdul Ma’mur Khatib Tunggal dikenal sebagai Dato’ ri Bandang, seorang yang berasal dari Kota Tengah.

Secara lebih jauh, penelusuran asal mula nama “Makassar” bisa ditinjau oleh beberapa segi, yakni:

Makna
Agar dapat menjadi manusia yang sempurna butuh “Ampakasaraki”, yakni menjelmakan yang terkandung didalam bathin yang diwujudkan melalui perbuatan. Dan jika “Mangkasarak” merupakan permewujudan diri untuk dapat menjadi seorang manusia yang sempurna melalui ajaran TAO yakni ilmu keyakinan bathin.
 
Sejarah
Sumber-sumber oleh Portugis di awal abad ke-16 sudah mencatat nama “Makassar” sudah menjadi ibu kota dari Kerajaan Gowa. Sebagai ibu kota Makassar telah dikenal bangsa asing. Bahkan pada sebuah syair ke-14 Nagarakertagama karangan dari Prapanca nama Makassar sudah tercantum.

Bahasa
Secara Etimologi, Makassar berasal dari kata “Mangkasarak” terdiri dari dua morfem bebas “kasarak” dan morfem ikat “mang”. Morfem ikat  “mang” mempunyai arti yakni: (a). Mempunyai sifat  yang terkandung pada kata dasarnya. (b). Menjelmakan diri yang dinyatakan pada kata dasarnya. Morfem bebas “kasarak” mempunyai arti yakni: (a). Nyata, jelas, tegas, terang. (b). Tampak pada penjelasan. (c). Besar (halus atau lawan kecil).

Jadi, kata “Mangkasarak” Mempunyai arti serta memiliki sifat yang besar dan juga berterus terang. Sebagai nama, orang yang mempunyai karakter “Mangkasarak” artinya orang itu mulia, terus terang. Sinkron antara bibir dan hati.

Yang terkandung dalam ungkapan “Akkana Mangkasarak”, ialah berkata terus terang, walaupun pahit, sanget penuh keberanian dan tanggung jawab. Dengan kata “Mangkasarak” bisa dikenal jika dia diperlakukan dengan baik, dia akan lebih baik. Apabila diperlakukan halus, ia akan lebih halus, dan apabila ia dihormati, maka ia juga akan lebih dari hormat.

Makassar merupakan salah satu kota metropolitan tepatnya di provinsi Sulawesi Selatan. Nama Makassar yang disandang kota ini bukan sekedar nama belaka, sejarah panjang masa lalu membuat nama Makassar menjadi sakral untuk dipakai kota yang  dijuluki kota Anging Mammiri.

Sejarah
Selama tiga hari Baginda Raja Tallo ke-VI Mangkubumi dari Kerajaan Gowa, I Mallingkaang Daeng Mannyonri Kara Eng Katangka yang merangkap menjadi Tuma’bicara Butta ri Gowa, ia bermimpi melihat cahaya yang bersinar muncul dari Tallo. Cahaya itu kemilau nan indah yang memancar keseluruh Butta Gowa menuju ke negeri sahabat yang lain.

Bersamaan pada malam ketiga, yaitu pada malam Jum’at 9 Jumadil Awal 1014 H. Di pinggir pantai Tallo merapatlah sebuah perahu yang kecil. Layarnya dari sorban, berkibar dengan kencang. Dan nampak seorang lelaki meminggirkan perahunya kemudian melakukan gerakan-gerakan aneh. Lelaki tersebut ternyata sedang melakukan sholat.

Sehingga cahaya yang terpancar dari badan Ielaki tersebut membuat pemandangan yang menggemparkan para penduduk Tallo, yang saat itu sontak ramai membicarakannya dan sampailah pada telinga Baginda KaraEng Katangka. Pada saat pagi buta tersebut, Baginda kemudian bergegas menuju pantai. Tetapi tiba-tiba lelaki itu telah muncul ‘menghadang’ tepat di gerbang istana. Memakai jubah putih dan sorban yang berwarna hijau. Wajahnya terlihat teduh. Dan badannya memancarkan cahaya.

Lelaki tersebut lalu menjabat tangan Baginda Raja yang kaku karena takjub. Digenggaman tangannya lalu menulis kalimat pada telapak tangan Baginda “Perlihatkanlah tulisan ini kepada lelaki yang sebentar lagi akan datang merapat di pantai,” kemudian lelaki itu menghilang. Baginda lalu terperanjat. Kemudian meraba-raba matanya guna memastikan bahwa ia tak sedang bermimpi. Dilihatlah di telapak tangannya tulisan itu ternyata memang ada. Baginda KaraEng Katangka selanjutnya bergegas pergi menuju  pantai. Benar saja, nampak seorang lelaki sedang menambat perahu, yang terus menyambut kedatangannya.

Singkat cerita, Baginda pun akhirnya menceritakan pengalamannya lalu menunjukkan tulisan yang ada di telapak tangannya kepada lelaki tersebut. “Berbahagialah Baginda karena tulisan ini merupakan bacaan dua kalimat syahadat,” kata lelaki tersebut. Dan ternyata lelaki yang menuliskannya ialah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam.

Peristiwa itu dipercaya awal dari jejak sejarah terkait asal-usul nama “Makassar”, yang diambil dari nama “Akkasaraki Nabbiya”, yang memiliki arti Nabi menampakkan diri. Adapun laki-laki yang datang ke pantai Tallo itu ialah bernama Abdul Ma’mur Khatib Tunggal dikenal sebagai Dato’ ri Bandang, seorang yang berasal dari Kota Tengah.

Secara lebih jauh, penelusuran asal mula nama “Makassar” bisa ditinjau oleh beberapa segi, yakni:

Makna
Agar dapat menjadi manusia yang sempurna butuh “Ampakasaraki”, yakni menjelmakan yang terkandung didalam bathin yang diwujudkan melalui perbuatan. Dan jika “Mangkasarak” merupakan permewujudan diri untuk dapat menjadi seorang manusia yang sempurna melalui ajaran TAO yakni ilmu keyakinan bathin.
 
Sejarah
Sumber-sumber oleh Portugis di awal abad ke-16 sudah mencatat nama “Makassar” sudah menjadi ibu kota dari Kerajaan Gowa. Sebagai ibu kota Makassar telah dikenal bangsa asing. Bahkan pada sebuah syair ke-14 Nagarakertagama karangan dari Prapanca nama Makassar sudah tercantum.

Bahasa
Secara Etimologi, Makassar berasal dari kata “Mangkasarak” terdiri dari dua morfem bebas “kasarak” dan morfem ikat “mang”. Morfem ikat  “mang” mempunyai arti yakni: (a). Mempunyai sifat  yang terkandung pada kata dasarnya. (b). Menjelmakan diri yang dinyatakan pada kata dasarnya. Morfem bebas “kasarak” mempunyai arti yakni: (a). Nyata, jelas, tegas, terang. (b). Tampak pada penjelasan. (c). Besar (halus atau lawan kecil).

Jadi, kata “Mangkasarak” Mempunyai arti serta memiliki sifat yang besar dan juga berterus terang. Sebagai nama, orang yang mempunyai karakter “Mangkasarak” artinya orang itu mulia, terus terang. Sinkron antara bibir dan hati.

Yang terkandung dalam ungkapan “Akkana Mangkasarak”, ialah berkata terus terang, walaupun pahit, sanget penuh keberanian dan tanggung jawab. Dengan kata “Mangkasarak” bisa dikenal jika dia diperlakukan dengan baik, dia akan lebih baik. Apabila diperlakukan halus, ia akan lebih halus, dan apabila ia dihormati, maka ia juga akan lebih dari hormat.

riwayat Kota Makassar

View Detail Produk
tokospot